PERSIAPAN MENGHADAPI BULAN RAMADHAN
Ramadhan sebentar lagi datang ,dalam menyambut bulan Ramadhan, seringkali kita tidak punya persiapan sama sekali. Sehingga ketika datang bulan yang istimewa ini, sikap kita terhadap kedatangan bulan ini adalah seperti bulan-bulan biasa saja. Bahkan kadang-kadang kita menganggap bahwa bulan istimewa ini akan mendatangkan banyak beban. Dan seringkali juga kita tidak tahu tentang hukum-hukum syara' yang terkait dengan bulan Ramadhan. Sehingga kita akan banyak melihat orang Islam yang melanggar hukum-hukum syara' yang terkait di bulan Ramadhan.
Oleh karena itu ada beberapa persiapan yang patut dilakukan. Persiapan tersebut guna mendapatkan buah Ramadhan yang mahal dan dapat melakukan amaliyahnya secara optimal dan maksimal. Sehingga bukan saja merasa senang dan gembira dengan datangnya Ramadhan akan tetapi memang sudah dipersiapkan sematang mungkin untuk berlomba -lomba dalam aktifitas kebajikan.
1. Persiapan Nafsiyah
Yang dimaksudkan dengan mempersiapkan nafsiyah adalah menyambut dengan hati gembira bahwasanya Ramadhan datang sebagai bulan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Maknawiyah yang siap akan memandang Ramadhan bukan sebagai bulan penuh beban melainkan bulan untuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas ubudiyah dan meraih derajat tertinggi di sisi Allah SWT.
Persiapan nafsiyah merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam upaya memetik manfaat sepenuhnya dari ibadah puasa. Tazkiyatun nafsi (kesucian jiwa) akan melahirkan keikhlasan, kesabaran, ketawakalan dan amalan-amalan hati lainnya, yang akan menuntun seseorang kepada jenjang ibadah yang berkualitas dan kuantitas. Dan salah satu cara untuk mempersiapkan jiwa dan spritual untuk menyambut bulan Ramadhan adalah dengan jalan melatih dan memperbanyak ibadah-ibadah di bulan-bulan sebelumnya (minimal di bulan Sya'ban), sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits 'Aisyah ra:
"Belum pernah Rasulullah Saw berpuasa (sunnah) di bulan-bulan lain, sebanyak yang ia lakukan di bulan Sya'ban." [HR. Muslim].
Seorang yang menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadhan tanpa memiliki kesiapan secara nafsiyah dikhawatirkan puasanya akan menjadi sia-sia sebagaimana hadits Rasulullah Saw dengan sabdanya. Dari Abu Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah Saw:
"Berapa banyak orang berpuasa, tidak mendapatkan sesuatu pun dari puasanya kecuali lapar. Dan berapa banyak orang yang shalat malam, tidak mendapatkan sesuatu pun dari shalatnya melainkan hanya bergadang." [HR. Ibnu Majah].
2. Persiapan Tsaqafiyah
Untuk dapat meraih amalan di bulan Ramadhan secara optimal maka diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai fiqh ash-shiyâm. Oleh karena itu persiapan tsaqafiyah tidak kalah penting bagi seseorang untuk mendapatkannya. Dengan pemahaman fiqh ash-shiyâm yang baik dia akan memahami dengan benar mana perbuatan yang dapat merusak nilai shiyamnya dan mana perbuatan yang dapat meningkatkan nilai dan kualitas shiyamnya.
Dari Mu'adz bin Jabal ra:
"Hendaklah kalian memperhatikan ilmu, karena mencari ilmu karena Allah adalah ibadah."
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengomentari hadits diatas, "Orang berilmu mengetahui tingkatan-tingkatan ibadah, perusak-perusak amal, dan hal-hal yang menyempurnakannya dan apa-apa yang menguranginya." Suatu amal perbuatan tanpa dilandasi ilmu, maka kerusakannya lebih banyak daripada kebaikannya, dan hanya dengan ilmu kita dapat mengetahui kaifiat berpuasa dan shalat yang benar serta sesuai dengan syariat Islam.
Jembatan menuju kebenaran adalah ilmu, dan siapa yang menempuh perjalanan hidupnya dalam rangka menuntut ilmu maka Allah SWT akan memudahkan baginya jalan menuju Surga. Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah Saw bersabda:
"Barangsiapa yang berjalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah SWT memudahkan baginya jalan menuju Surga." [HR. Muslim].
3. Persiapan Jasadiyah
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktifitas Ramadhan banyak memerlukan kekuatan fisik, untuk shiyamnya, tarawihnya, tilawahnya dan aktifitas ibadah lainnya. Dengan kondisi fisik yang baik dapat melakukan ibadah tersebut tanpa terlewatkan sedikitpun juga. Karena bila kondisi fisik tidak prima terbuka peluang untuk tidak melaksanakannya amaliyah tersebut dengan maksimal, bahkan dapat terlewatkan begitu saja. Padahal bila terlewatkan nilai amaliyah Ramadhan tidak dapat tergantikan pada bulan yang lain.
4. Persiapan Maliyah
Persiapan materi ini bukanlah untuk beli pakaian baru atau bekal perjalanan pulang kampung atau untuk membeli kue-kue iedul fitri. Akan tetapi untuk infaq, shadaqah dan zakat. Sebab nilai balasan infaq, shadaqah dan zakat akan dilipat gandakan sebagaimana kehendak Allah SWT.
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan:
"Rasulullah pernah ditanya, 'Sedekah apakah yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Seutama-utamanya sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan'."12
Oleh karena itu, sebaiknya aktivitas ibadah di Bulan Ramadhan harus lebih mewarnai hari-hari kita ketimbang aktivitas mencari nafkah atau yang lainnya. Pada bulan ini setiap Muslim dianjurkan memperbanyak amal kebajikan, shadaqah, memberi makan, dan lain-lain. Karena itu, seyogyanya dibuat sebuah agenda maliyah yang memprediksikan pengeluaran dan pendapatan selama bulan Ramadhan.
Dengan jelas posisi keuangan kita dapat melakukan penjadwalan dan mengalokasikan shadaqah dan infaq serta makanan yang akan kita berikan sepanjang bulan itu. Karena moment Ramadhan merupakan moment yang paling tepat dan utama untuk menyalurkan ibadah maliyah kita.
Bulan Ramadhan merupakan bulan muwâsah (bulan santunan). Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat oleh orang yang tidak punya, manakala ia memberi kepada
orang lain yang berpuasa, sekalipun cuma sebuah kurma, seteguk air atau sesendok nasi.
Rasulullah Saw pada bulan Ramadhan ini sangat dermawan, sangat pemurah. Digambarkan bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah Saw kepada masyarakat sampai merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibnu 'Abbas ra:
"Nabi Saw adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan, saat beliau ditemui Jibril untuk membacakan kepadanya al-Qur'an. Jibril menemui setiap malam pada bulan Ramadhan, lalu membacakan kepadanya al-Qur'an. Rasulullah Saw ketika ditemui Jibril lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus."[HR. Bukhari dan Muslim].13
Santunan dan sikap ini sudah barang tentu tidak dapat dilakukan dengan baik kecuali manakala jauh sebelum Ramadhan telah ada persiapan-persiapan materi yang memadai. Termasuk dalam persiapan maliyah adalah mempersiapkan dana agar dapat beri'tikaf dengan tenang tanpa memikirkan beban ekonomi untuk keluarga. Untuk itu, mesti dicari tabungan dana yang mencukupi kebutuhan di bulan Ramadhan.
Ini tulisan beberkaitan dengan masalah DienuSyar'iyah. Sebaiknya di tulis rujukan artikel tersebut saat di buat. Kecuali penulis memiliki latarbelakang Ilmu Syar'ie yg memadai. Untuk masalah Mencuplik Hadist tidak perlu keilmuan, hanya bila dengan pemahaman yg pas pasan seolah nantinya memaksakan dalil. Menulis masalah agama berbeda dengan Menulis esay biasa Namun saya apresiasi dengan mengacungkan dua jempol sebagia permulaan.
BalasHapus