PERAWAT SI MALAIKAT TAK BERSAYAP - KOMITE KEPERAWATAN RSPG CISARUA BOGOR

KOMITE KEPERAWATAN RSPG BOGOR

SARANA BERBAGI ILMU DUNIA KEPERAWATAN

Sabtu, 29 April 2017

PERAWAT SI MALAIKAT TAK BERSAYAP

 


MALAIKAT TANPA SAYAP SIAPAKAH DIA ? Perawat itu ibarat lilin yang menerangi kegelapan tapi membakar dirinya sendiri bukan seperti matahari yang menerangi kegelapan dan tidak membakar dirinya. Perawat adalah profesi yang berhati mulia. Dibalik putihnya seragam perawat disitulah tersimpan kesucian hati seolah-olah mengatakan : "saya siap melayanimu (pasien) kapan saja agar engkau bisa tersenyum" Salah satu contoh tokoh keperawatan dunia,: dahulu Seorang Florent Ninghtingale hanya bermodalkan kejernihan hati, ketulusan cinta kepada sesama walau tdk berbekal pengetahuan yg cukup tentang kesehatan. dia hanya seorang putri bangsawan sang pembawa lentera kehidupan. 
Dialah PERAWAT MALAIKAT TAK BERSAYAP yg mengikuti nalurinya merawat korban perang. Tidak menyangka bahwa tindakannya kelak menjadi sebuah profesi besar, profesi yg ditakdirkan lahir dari rahim penuh CINTA. 
Dan tidak kalahnya seorang perawat muslim Rufaidah Al-Asalmiya seorang perawat pertama muslim pada saat terjadi peperangan antara kaum muslim dan kaum kafir Quraisy, Dalam peperangan, baik dalam keadaan menang atau kalah, selalu ada korban berjatuhan. Di sinilah Siti Rufaidah merawat orang-orang terluka dalam perang. 
Ia membangun tenda di sekitar masjid Nabawi buat merawat kaum muslimin. Selain merawat orang lain, Rufaidah Al-Aslamiya juga mengajarkan ilmu keperawatan kepada para perempuan agar dapat membantu merawat orang sakit atau orang terluka dalam perang. 
Bahkan sebagai perawat, ia meminta izin kepada Rasulullah agar ia dan rekan lainnya dapat ikut serta di garis belakang peperangan. Rufaidah Al-aslamiya juga ikut aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti peduli terhadap kaum muslim miskin, anak-anak terlantar. Ia juga mengajarkan ilmu dia miliki kepada orang lain selain ilmu keperawatan. Sosok Rufaidah Al-Aslamiya sebagai tokoh perawat Islam memiliki kepribadian sangat luhur dan memiliki sifat empati, sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan sangat baik dan santun. 
Dua tokoh dunia ini ibarat malaikat tak bersayap. Ada suatu kemiripan atau kalau boleh dikatakan sama antara Pencinta Tuhan dengan Perawat, karena manusia adalah wakil Tuhan atau kalau ditafsirkan ke dalam bahasa sufi : manusia adalah tajalli atau manifestasi dari Tuhan, sedangkan perawat adalah pencinta sesama manusia. 
Jadi Perawat adalah profesi yang sangat sufistik religius. Seperti yang saya katakan pada paragraf pertama bahwa perawat itu ibarat lilin yang menerangi kegelapan tapi membakar dirinya. Ya seperti halnya kisah dua tokoh dunia keperawatan dunia Florent Ninghtingale dan Rufaidah Al-Aslamiya. Memiliki jiwa sosial dengan mengedepankan tugas professionalnya dengan tidak memikirkan segala tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri demi kesembuhan pasien yang dirawat. Begitu pula yang terjadi sekarang ini dengan melihat banyak kisah perawat bertujuan membantu pasien melainkan dituduh melakukan mallpraktek diantaranya: seorang mantri yang bertugas sebagai kepala puskesmas pembantu di pedalaman kalimantan dijatuhi pidana karena membuat resep obat daftar G. Pidana dijatuhkan karena bersalah melakukan praktik selayaknya dokter. Berusaha membantu menyelamatkan nyawa pasien (Emergency) ujung-ujungnya merugikan diri sendiri dan dituduh melakukan mallpraktik. 
Dan muncul baru-baru kemarin perawat Mutia terjadi mallpraktik dan dijadikan tersangka pada kasus transfusi darah. Dan masih banyak kisah-kisah perawat lainnya yang dituduh melakukan mallpraktik. Terkadang kita lupa, bahwa kita menolong orang lain dan merugikan diri sendiri. Perawat bukan malaikat bersayap yang diciptakan tuhan tanpa salah. perawat hanya malaikat tak bersayap yang tak lepas dari noda. 
Tapi berusaha untuk berproses menjadi lebih baik dan terus memperbaiki diri. Memberi pelayanan yang terbaik. Berharap jasa yang perawat lakukan terpancar seputih baju yang dikenakan. Tidak ada kata lelah menghadapi orang sakit tak semudah menghadapi orang yang sehat. Sisi psikologis tentu sangat berperan, kesabaran yang ekstra harus dimainkan. 
Belum lagi menghadapi keluarga pasien yang sudah tentu beraneka karakter, memang harus memiliki kemampuan khusus. Semua tak mudah dan terkadang kesabaran itu harus teruji dan goyah. Maafkan bila kami tak bisa terseyum 24 jam. Kami perawat hanya butuh hargai keringat kami bukan membuat kami masuk dalam jeruji besimu. Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan dan keburukan akan dibalas dengan keburukan. Tiada sedikit rasa sesal akan profesi. ingin kami katakan pada dunia bahwa kami bangga menjadi seorang perawat meski kami bukan malaikat yang bersayap. Tapi kami, bisa menjadi malaikat tak bersayap. Tulisan ini saya tutup dengan Puisi: FLORENCE NIGHTINGALE Seorang wanita berseragam putih melangkah bergegas Di tangannya menggenggam pelita yang menyala terang Menuju suatu tempat yang jauh Di sana menunggu orang yang sedang kesakitan Sigap dia bertindak 
Diberikannya si sakit obat-obatan penghilang sakitnya Sekejap kemudian si sakit telah sembuh dari deritanya Nightingale Betapa berat tugas yang kau emban Siang malam kau bekerja Meninggalkan keluarga Demi kesembuhan orang-orang sakit Yang membutuhkan pertolongannya Kau jaga mereka dengan setulus hati dan penuh kasih sayang Kehadiranmu amat dinanti Karena kau selalu bekerja sepenuh hati Wahai Yang Maha Rahman dan Rahiim Berikan kekuatan untuknya Agar senantiasa bekerja dengan tulus dan ikhlas Membantu orang – orang yang lemah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar